Rabu, 23 April 2014

Jangan disalahartikan

Aku coba ikut lomba essay tingkat provinsi nih yang di adain di Universitas Jambi, sekalian mengasah kemampuan menulis, nggak yakin juga sih tapi just try :) agak panjang sih, soalnya diminta 1000-3000kata, terima kritikan :) this is it....



Siapa yang tidak kenal Raden Adjeng Kartini yang suka dipanggil dengan panggilan Katini atau yang biasa kita sebut R. A. Kartini. Sosok Kartini yang tidak suka dipanggil Raden Ayu ini merupakan seorang pahlawan nasional yang dikenal karena jasa – jasanya dalam memperjuangkan hak – hak kaum wanita melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia yang hingga kini disebut emansipasi wanita.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia emansipasi ialah pembebasan dari perbudakan, persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Emansipasi wanita ialah proses pelesapan diri kaum wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Jadi bisa disimpulkan bahwa arti Emansipasi yang dimaksudkan oleh Katini adalah agar kaum wanita mendapatkan hak  untuk meraih pendidikan  seluas-luasnya dan setinggi-tingginya, agar wanita juga di akui kecerdasannya dan diberi kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu dan menerapkan ilmu yang dimilikinya dan agar wanita tidak merendahkan dan di rendahkan derajatnya di mata pria.
Ya R. A. Kartini adalah simbol awal dari perjuangan emansipasi wanita di Indonesia, bagaimana tidak? Beliau lah yang membuka pintu perbedaan antara pria dan wanita, beliau tetap teguh dengan pendiriannya serta berpegang dengan prinsip dalam berjuang melawan pertentangan dari sebuah adat lama yang selalu membeda-bedakan antara pria dan wanita, memperjuangkan cita-citanya yang berharap dapat mengubah nasib kaum wanita di kemudian hari. Hal ini tentu membutuhkan perjalanan yang panjang, tidak seperti membalikkan telapak tangan beliau memperjuangkan segalanya sampai akhirnya cita-cita seorang R. A. Kartini untuk mengangkat derajat kaum wanita terwujud.
Hingga kini, keberhasilan atas pemikiran Kartini dapat dirasakan oleh seluruh kaum wanita di Indonesia. Seorang wanita kini tidak lagi hanya terkurung didalam sebuah rumah melakukan pekerjaan-pekerjaan di dapur dan membersihkan rumah saja, namun seorang wanita dapat memperoleh dan menempuh tingkat pendidikan yang paling tinggi sekali pun yang dapat merubah status sosialnya di dalam lingkungan masyarakat. Sekarang hanyalah soal bagaimana dan usaha apa saja yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan hak-hak tersebut dengan berbagai usaha dan kerja keras wanita akan dapat meraih sebuah cita-cita dan harapan serta tujuan mereka tanpa adanya tembok pembatas yang memisahkan lagi. Sampai pada akhirnya seorang wanita dapat meraih cita-citanya setinggi apapapun yang mereka mau.
Semenjak terdapat sekolah untuk kaum wanita yang didirikan R.A Kartini, banyak putri-putri bangsa ini yang mau dan mampu meningkatkan martabat kaum wanita serta mengharumkan nama bangsa ini dengan kepandaian, kegigihan dan keuletannya dalam berbagai bidang. Terbukti di zaman modern sekarang ini yang sudah merdeka, banyak anak- anak sekolah yang berprestasi bahkan sebagian besar yang berprestasi banyak diraih oleh kaum wanita.
Tetapi dengan adanya prestasi-prestasi itu kaum wanita sekarang juga merasa bisa menandingi kemampuan dan berbagai kegiatan yang dimiliki kaum pria, dengan melenceng dari kodratnya sebagai seorang wanita. Misalkan saja dalam hal pacaran seorang wanita tidak malu untuk menyatakan perasaannya kepada kaum pria terlebih dahulu dimana yang seharusnya kaum wanita mampu mempertahankan harga dirinya di depan mata kaum pria dengan menjaga malu bukan dengan merendahkan diri seperti itu. Dan juga di dalam kehidupan rumah tangga yang seharusnya kaum wanita yang menjadi ibu rumah tangga yang menjaga dan merawat anak serta suami agar nyaman di rumah, tetapi dengan tenarnya nama atau sebutan wanita karir di masa kini itu seperti sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang wanita untuk tidak merawat anaknya, mengurus suaminya demi mementingkan pekerjaannya dan memilih untuk menggunakan jasa babysister serta pembantu rumah tangga dalam kehidupannya.
Pertanyaan yang mungkin perlu direnungkan adalah, apakah peran sebagai ibu rumah tangga pada zaman sekarang ini dianggap lebih rendah daripada peran sebagai wanita karir ? Apakah wanita yang tetap memilih kehidupan sebagai ibu rumah tangga dapat  dianggap sebagai ketinggalan zaman ? dan apakah itu sudah berarti lebih baik menjadi wanita karir daripada menjadi ibu rumah tangga?
Biasanya jika terdapat kejadian dan pertanyaan seperti itu orang-orang akan mengatakan bahwa ini adalah zamannya emansipasi wanita, jadi harus menyamakan kaum wanita dengan kaum pria. Tetapi apapun itu alasannya itu adalah sebuah kesalahan besar dalam pengertian emansipasi yang telah diperjuangkan Ibu kita Kartini, kita pasti sudah tahu bahwa kodrat kaum wanita pasti dibawahnya kaum pria.
Kalau bangsa ini ingin memiliki masyarakat wanita yang maju sesuai dengan cita-cita dan perjuangan Kartini, maka sejarah Kartini perlu dicermati kembali.  Sebab kalau tidak demikian perjuangan para Kartini masa kini bisa saja kurang sesuai lagi dengan apa yang menjadi cita-cita ibu Kartini, walaupun sekarang ini sudah banyak wanita Indonesia yang berpendidikan tinggi dan menduduki jabatan penting di berbagai instansi.
Sekarang ini kita sudah bisa melihat kemajuan para wanita Indonesia dalam suatu indikasi di mana pekerjaan atau jabatan yang dulu hanya diduduki oleh kaum lelaki sudah banyak yang diduduki oleh kaum wanita.  Berbagai pekerjaan atau jabatan mulai dari pegawai negeri / swasta, pilot, pengacara, notaris, dokter, direktur, menteri, bahkan sampai jabatan presiden sudah banyak diperankan oleh wanita Indonesia.
Seharusnya dengan adanya emansipasi wanita sebaiknya bagi kaum wanita bisa memetik sisi positifnya, dimana kaum wanita disetarakan dengan kaum pria dalam bidang sosialnya. Tanpa harus merubah kodratnya, seorang wanita dapat mengecam pendidikan yang tinggi dan mendapatkan hak-hak nya sebagai seorang wanita, meraih cita-cita yang tinggi yang mungkin bisa bersetara dengan jabatan tertinggi seorang pria bahkan bisa melebihi jabatan tertinggi seorang pria sekalipun.
Nah, kini jika emansipasi wanita dewasa ini sudah bukan lagi kalimat asing bagi kita. Dengan itu, kita antara pria maupun wanita harus saling menghargai dan saling mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama, bukan berarti diskriminasi karena dia itu pria atau wanita. Perkembangan yang melesat oleh kaum wanita dalam pembangunan politik, sosial, budaya dan lain sebagainya tidak akan mengurangi peran-peran pendukung lainnya, selama ada kontrol sosial kebersamaan yang tinggi diantara keduanya.
Dan sebagai wanita ada baiknya tetap mengartikan sepenggal kata emansipasi tersebut sesuai dengan kodratnya, jangan disalahartikan. Dan tetaplah menyaring atau memiliki filter yang kukuh terhadap pilihan antara ibu rumah tangga atau wanita karir yang nantinya akan berujung dilema pada kehidupan rumah tangga.
Emansipasi wanita ternyata memang tidak mudah. Dengan berbagai proses dan liku-liku perjalan yang dileawti seorang Kartini, perjuangan kaum wanita kini dalam mewujudkan emansipasi atau kesetaraan gender tersebut selalu berujung pada dilema yang kadang-kadang butuh pengorbanan. Semoga api yang telah dinyalahkan R. A. Kartini di hati kaum wanitanya semakin menyala bercahaya dan semoga api itu dapat bertahan, berkembang tetap pada maksud serta tujuannya dan tiada redupnya.
Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Kami merindukan sosokmu yang memiliki jiwa dan semangat juang yang tinggi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar